Jakarta, PRESISI-NEWS
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman melarang prajurit TNI AD dari Indonesia timur tugas di Kodam Jaya. Bahkan Jenderal Dudung juga sudah mengeluarkan perintah ke Pangdam Jaya supaya tidak menugaskan prajurit Indonesia timur.
Ternyata larangan itu muncul dari Jenderal Dudung bukan tanpa alasan.
Jenderal Dudung ternyata punya kisah tersendiri soal kondisi pilu prajurit TNI AD.
Dudung menceritakan derita prajurit TNI AD dari daerah yang ditugaskan di Kodam Jaya.
Ketika menjabat sebagai Pangdam Jaya, Jenderal Dudung pernah mendengar nasib anak buahnya yang menderita tinggal di Jakarta.
Pasalnya, biaya hidup di Jakarta lebih besar hingga membuat mereka kesulitan membiayai kebutuhan hidupnya.
Khususnya bagi Calon Bintara Reguler (Cabareg) TNI AD.
Ia mengambil contoh, biaya sewa kos di Jakarta sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Itu pun tempatnya kurang layak alias hanya berupa bedeng.
Karena itu, Jenderal Dudung meminta kepada Pangdam Jaya, Mayjen Untung Budiharto memulangkan prajurit dari daerah.
“Makanya saya sudah perintahkan para Pangdam untuk orang-orang yang pindah dari Ambon, Sulawesi dan Papua balikin lagi deh ke sana,” ujarnya.
Menurut Jenderal Dudung, tujuannya supaya mereka bisa dekat dan kumpul bersama keluarganya.
Jenderal Dudung mengungkapkan itu di hadapan jajarannya di Aula Sudirman, Kodam Jaya, Cawang, Jakarta Timur pada Senin (14/3/2022).
Dalam kesempatan itu, Jenderal Dudung mengatakan Kodam Jaya merupakan pintu gerbangnya TNI Angkatan Darat.
Kodam Jaya menjadi markas percontohan.
“Jadi kalau Kodam Jaya melakukan suatu kegiatan yang tidak bagus maka akan kelihatan. Begitu juga kalau Kodam melakukan kegiatan bagus, maka akan kelihatan,” katanya.
Maka tak heran, tentara dari Kodam Jaya merupakan orang-orang terpilih dan punya integritas tinggi.
Namun, lanjut Dudung, bertugas di Kodam Jaya jangan dikira enak.
“Orang kan melihat Kodam Jaya enak, deket Monas. Padahal belum tentu,” katanya lagi.
Dudung bercerita semasa menjabat sebagai Pangdam Jaya, ia bertemu dengan 7 orang pindahan dari Sulawesi dan Maluku.
Mereka menangis usai mendapatkan pengarahan dari Dudung.
“Saya berikan pengarahan, nangis mereka. Dia Cabareg dari Sulawesi ke Kodam Jaya, dikira enak,” katanya.
Padahal, biaya tinggal di Jakarta itu cukup menguras isi kantong.
Untuk gaji seorang berpangkat tamtama, bintara dan balak tergolong berat.
“Di Kodam Jaya itu, yang balak, bintara, tamtama itu ngontrak. Ngontrak itu Rp 1,5 juta. Mereka itu pasti bukan orang-orang yang punya. Ujung-ujungnya pasti punya potongan BRI kalau dia sudah menikah,” ungkapnya.
Menurutnya, kosan Rp 1,5 juta itu pun seadanya saja.
Pengeluaran biaya mengontrak itu diluar dari biaya makan.
“Kosan Rp 1,5 juta di sini cuma bedeng aja. Hanya ngontrak belum untuk makan,” tambahnya.
Maka dari itu, Dudung telah memberikan perintah kepada Pangdam Jaya,
Prioritaskan calon prajurit anak yatim piatu dan santri
Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Jenderal Dudung menjamin anak-anak yatim piatu bakal lulus ketika mengikuti penerimaan personel TNI AD (Werving).
Ia meminta bawahannya mencari atau jemput bola anak-anak yatim piatu, para santri atau anak-anak kurang mampu seperti anak tukang ojek sampai anak tukang sapu.
“Cari anak-anak yatim piatu, termasuk rekrutmen dari santri. Kalau sudah anak yatim pasti lulus. Apalagi yatim piatu pasti,” kata Jenderal Dudung.
Dudung meyakini mereka yang sudah tak memiliki orangtua sejak kecil terlatih hidup menderita.
Sehingga, mereka bisa dilatih menjadi tentara yang baik.
“Orang-orang enggak mampu itu pasti jadi tentara bener. Berangkat dari kepedihan, susah. Saya dulu jadi tukang koran, tukang klepon. Akhirnya jadi tentara pun takut melanggar,” katanya.
Ia menitipkan pesan itu kepada Pangdam Jaya, Mayjen TNI Untung Budiharto.
“Silahkan dilakukan pada saat werving kalau kekurangan personel nanti kita tambahkan lagi,” pungkasnya.
Namun, Dudung menambahkan pihaknya juga tetap mengedepankan kualitas.
Sebab, tuntutan-tuntutan tugas yang diemban seorang tentara itu tidak mudah.
Pindahkan anak buah agar bisa rawat istri
Tak lama ini, sosok Peltu Yanto, prajurit TNI AD pindah tugas sesuai keinginan.
Melansir dari rilis Dispenad, Peltu Yanto merupakan anggota Kodim 1707/Merauke Korem 174/ATW Kodam XVII/Cenderawasih.
Istrinya, Midia Kusrini, mengidap tumor di kepala dan sedang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto.
Istri Peltu Yanto akan segera menjalani operasi tumor tulang kepala bagian belakang.
Peltu Yanto awalnya tidak menyangka istrinya mendapat atensi langsung dari Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman untuk menjalani operasi tumor tulang kepala bagian belakang di RSPAD Gatot Soebroto, Jumat (4/3/2022).
“Saya tidak menyangka Bapak Kasad peduli dengan kondisi istri saya yang sakit.
Padahal saya tugasnya jauh di Papua sana dan beliau meghubungi saya langsung menawarkan pengobatan untuk istri ke RSPAD”, ujar Peltu Yanto dengan rasa haru usai dikunjungi Kasad dan Ny Rahmah Dudung Abdurachman di ruang perawatan bedah Lt.5 RSPAD Gatot Soebroto.
KSAD dalam kunjungannya memberikan semangat kepada Ny Midia Kusrini, istri Peltu Yanto, dan mendoakan untuk kesembuhannya.
“Ibu bersabar jangan buru-buru pulang. Mudah-mudahan selesai operasi ini, penyakitnya sembuh.
Nanti suami ibu, saya pindah tugaskan sesuai keinginan, agar bisa membantu perawatan dengan baik”, ungkap Kasad.
Peltu Yanto bersyukur selain istrinya dibantu pengobatan oleh Kasad, dirinya juga akan dipindahkan sesuai keinginan.
“Saya bersyukur dan mengucapkan terima kasih sudah dibantu Bapak Kasad dengan baik. Saya akan dipindah tugaskan.
Tugas di Papua sudah 17 tahun, saya memilih di Malang.
Alasannya istri yang sakit tumor di kepala akan lebih nyaman dengan cuaca dingin seperti di Malang”, ujarnya.
Turut mendampingi Kasad pada kunjungannya ke RSPAD Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Mayor Jenderal TNI dr. Lukman Ma’ruf dan Aspers Kasad yang baru Brigjen TNI Darmono Susastro beserta Istri. (Budi Herman/r)