Di samping itu, METI juga diharapkan menjadi pendorong utama pengembangan investasi dan alih teknologi energi terbarukan di Indonesia, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang EBT. METI juga diharapkan dapat memanfaatkan kerjasama multilateral dan bilateral untuk mengatasi kesenjangan dalam pengembangan energi terbarukan.
Ketua Umum METI 2022 – 2025 Wiluyo Kusdwiharto mengatakan Indonesia telah memberikan komitmen untuk berkontribusi terhadap penurunan emisi global melalui adopsi Paris Agreement dalam Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim).
“Dengan mengacu hal tersebut, METI perlu menyusun program-program yang dapat membantu percepatan pencapaian target-target pemerintah. METI juga perlu memberikan masukan, mulai dari proses penyusunan peta jalan, penyusunan regulasi terkait, hingga pada tahap implementasinya,” ujar Wiluyo.
Wiluyo mengatakan dalam tiga tahun mendatang, METI akan fokus pendorong pelaksanaan 8 program kerja yang terbagi dalam lingkup yakni organisasi, dukungan regulasi dan kebijakan, peningkatan kapasitas dan sosialisasi energi terbarukan.
Selain itu, promosi investasi energi terbarukan, peningkatan pemanfaatan transportasi ramah lingkungan, serta promosi teknologi energi terbarukan.
Memahami tantangan melaksanakan 8 program kerja METI, Wiluyo berkomitmen menggandeng dengan berbagai pihak, terutama dengan Asosiasi-asosiasi Energi Terbarukan, asosiasi- asosiasi lain yang mendukung pengembangan energi terbarukan.
“Pemanfaatan energi terbarukan ini akan membantu pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC). Saat ini, banyak potensi EBT yang belum dimanfaatkan,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPR RI yang sekaligus Pendiri METI, Rachmat Gobel menjelaskan peran aktif METI dalam menggaungkan EBT di Indonesia sudah dilakukan sejak 2012 silam. Ia melihat, saat ini Indonesia semakin serius dalam mengembangkan EBT dengan komitmen Presiden RI Joko Widodo yang berkomitmen dalam transisi energi.
“Ini momentum yang sangat baik bagi Indonesia untuk bisa mengakselerasi pengembangan EBT. METI sudah memberikan banyak masukan sejak 2012, dan dengan kepengurusan yang baru ini kami optimistis akselerasi target bauran energi maupun transisi energi bisa terwujud,” ujar Gobel.
Gobel menilai saat ini Indonesia tidak punya banyak waktu. Target yang telah dipasang oleh pemerintah perlu dukungan semua pihak agar Indonesia menjadi pemain utama dalam sektor EBT. Gobel selaku anggota legeslatif juga berkomitmen mengawal pengembangan EBT ini dari sisi pembentukan payung hukum.
“Kita gak punya banyak waktu saat ini. Semua pekerjaan rumah dalam pengembangan EBT harus kita selesaikan bersama sama. Kerjasama dan kolaborasi semua pihak diperlukan untuk mencapai target ini,” tutup Gobel. (Buher/r)