Berpendidikan dan bersekolah adalah dua hal yang berbeda. Banyak orang yang berpendidikan, tapi mulutnya tidak berpendidikan. Yang keluar banyak caci maki, tapi banyak orang tidak bersekolah formal, tapi tutur katanya sopan dan santun, tapi bisa sukses dalam kehidupan.
“Kita harus menjadi orang bersyukur dengan apa yang kita punya. Karena masih banyak lagi orang yang lebih susah dari kita. Selalu akan ada jalan keluar bagi orang yang mau konsisten dan berjuang. Ada orang yang tidak tahan menderita sebentar. Tapi, tahan menderita selamanya,” ujar alumni Universitas Indonesia ini.
Lanjut alumni SMP Pembangunan Tiga Dolok ini, kita harus berpikir bagaimana caranya menjadi roda penggerak di keluarga. Berangkat dari kesusahan harus mampu dan berani meraih mimpi.
“Berangkat dari kesusahan, saya harus belajar menempuh pendidikan. Dengan keterbatasan tapi berani meraih mimpi. Dari rasa syukur itu saya berbagi. Maka dari itu 10 persen dari hasil penjualan warung banteng yang saya miliki dialokasikan untuk beasiswa pendidikan,” terangnya.
Semua punya masa depan. Asal konsisten dan punya daya juang. Kemampuan akademik bukan satu satunya, dan banyak orang yang mampu secara akademik tidak sukses dalam hidup. Karena terlebih dulu angkuh. Dalam dunia nyata, cerdas akademik tidak nomor satu, paling utama adalah cerdas secara pertemanan.
“Harus menjadi orang yang dapat dipercaya dan berintegritas. Sukses bukan karena orang lain, tapi karena diri sendiri Sukses itu bukan karena pemberian, tapi karena upaya. Sukses itu terjadi karena konsistensi. Tidak ada yang tiba tiba sukses. Jangan hanya mimpi saja, tapi tidak kerja,” pungkasnya. (S.Siahaan/rel)